datuk usman awang
Usman Awang adalah nama sastrawan, intelektual juga seorang yang sangat peduli terhadap nasib kelompok yang menderita. Keberpihakanya ini begitu jelas sekali, karya-karya nya selalu membincangkan persoalan kemiskinan, kezaliman, kemunduran dan penindasan yang menimpa rakyat.
Beliau diberi nama Wan Osman Wan Awang lalu kemudian namanya berubah menjadi Usman Awang. Tokoh ini dilahirkan pada 12 Juli 1929 di Kampung Tanjung Lembu, Kuala Sedili, Kota Tinggi, Johor Darul Takzim.
Faktor kemiskinan tidak memungkinkannya memperoleh pendidikan yang layak. Beliau pernah sekolah di daerah Kuala Sedili (1936), Mersing (1937) dan Bandar Maharani (1940). Ketika Jepang menjajah Malaysia pada tahun 1942, Usman Awang sedang berjuang sebagai seorang anak tani di Segamat. Tidak lama kemudian beliau menjadi buruh paksa Jepang selama enam bulan di Singapura.
Kumpulan Beberapa Puisi Usman Awang
PROSA AIR MATA
Mac 19, 2008
Bahawasanya air mata
tiadalah ia memilih tempat untuk jatuh…
tidak pula memilih waktu untuk menitis…
Air mata adalah kepunyaan bersyarikat…
dipunyai oleh orang-orang melarat yang tinggal
di dangau-dangau yang buruk oleh tukang sabit
yang masuk
ke padang yang luas dan ke tebing yang curam,
dan juga oleh penghuni-penghuni gedung-gedung
yang permai
dan istana-istana yang indah.
Bahkan di situ lebih banyak orang menelan ratap
dan memulas tangis.
Luka di jiwa yang mereka hidapkan, dilingkung
oleh tembok dinding
yang tebal dan tinggi, sehingga yang kelihatan
oleh orang luar atau yang mereka ketahui hanya
senyuman saja,
padahal senyum itu penuh dengan kepahitan
~ Usman Awang
UDA DAN DARA ~ USMAN AWANG
Disember 26, 2007
Uda dan dara
Bersumpah keramat cinta
Wajah seri terukir
Berbiduk hilir kasih
Uda dan dara
Bersanding tak berpelamin
Tempat yang berwali
Di laut malam saksi
Daraku nantikan abang
Emas ringgit membakar kita
Uda hamba tunggu angin lalu
Uda dan dara
Bersanding di pusara
Nisan yang bersabda
Keramat kisah cinta
~ Usman Awang
DOA ~ USMAN AWANG
Julai 5, 2007
( Khas untuk puteri-puteri TKC )
Jika malam ini tiada bulan
tanah Seremban
kau masih tetap bercahaya
dari sinar mata dan bening wajah
pelajar-pelajar dari istana ilmu
Kolej Tunku Kurshiah
Hari ini manis belajar dari buku
dan suara mesra dari guru
bersedialah untuk esok
yang menunggu kedatanganmu
untuk belajar dari hidup
mungkin bahaya dari kemuliaan darjat
mungkin air mata dan pedih luka
Tapi apapun arus gelombangnya
berdiri di bawah bendera keberanian
di bumi kebenaran kemanusiaan
laksana permata yang mengukir kehalusan budi
Maha wangi istana ilmu
bening ombak sambut dan tirai selendang
daulat seorang permaisuri
keramat seorang wali
semoga dalam rahmat dan lindungan Ilahi…
~ Usman Awang
MAHKOTA CINTA ~ USMAN AWANG
Ogos 6, 2007
Ladang kita air mengalir di segala liku
tanaman subur menghijau dan rumput-rumput
baldu
ia datang matanya bintang suaranya lagu
membawa khabar mesra salam dari ibu
Kucintai tanah ini kerana kami di sini
rumah kecil tapi telah didirikan oleh lelaki
teguh dan keramat seperti gunung besi
ladang tercinta, kubenam hati di sini
Tumbuh segala kasih berbuah berbunga
ladang comel sekarang milik kita bersama
akan lahir manusia baru sudah bernama
setia, putera kasih mewarisi mahkota cinta!
Usman Awang
1966
( Dipetik dari Antologi Puisi Bintang Mengerdip,
DBP )
IBUKU ~ USMAN AWANG
Julai 27, 2007
IBUKU mempunyai seribu mimpi
Yang dipikulnya tiap hari
Sambil menimangku ia pun menyanyi:
Timang tinggi-tinggi,
Dapur tak berasap,
Bila besar nanti,
Jangan masuk lokap.
Ibuku tidak mengenal buku dan sekolah
Tiap pagi terbongkok-bongkok di lumpur sawah
Menggaru betisnya yang dikerumuni lintah.
Hatinya selalu teringat
Suaminya yang mati melarat
Setelah dikerumuni lintah darat
Ibuku tangannya kasar berbelulang
Mengangkat bata-bata bangunan
Wajahnya dibedaki debu berterbangan.
Ibu tidak pernah mengenal supermarket
Tinggal di bilik sempit
Upahnya buruhnya sangat sedikit
Ibuku tidak punya TV
Tidak berpeluang pula menontonnya
Tak pernah mengikuti laporan parlimen
Atau ceramah bagaimana menambah jumlah
penduduk
Tidak pula tahu adanya forum kemiskinan
Atau pertunjukan masak-masakan
Dengan resepi yang sangat menakjubkan
Ibuku setiap pagi berulang ke kilang
Bekerja dengan tekun hingga ke malam
Mikroskop itu menusuk matanya dengan kejam
kaburlah mata ibu diselaputi logam
Ibuku tidak tahu tentang hak asasi
Apalagi tentang seni dan puisi.
Jika ditanya makna melabur
Nama-nama saham yang menjanjikan makmur
Atau tentang dasar pandang ke timur,
Ibu tersenyum menunjukkan mangkuk bubur
Yang melimpah kanji beras hancur
O ibuku sayang
Di negerimu kau menumpang.
Sesekali kudengar ibu menyanyi
Pantun tradisi caranya sendiri:
Siakap senohong,
Gelama ikan duri,
Bercakap bohong,
Tak boleh jadi menteri
Usman Awang
( Dipetik dari Puisi-puisi pilihan Usman Awang)
PAHLAWAN KEMERDEKAAN ~ USMAN AWANG
Ogos 21, 2007
PAHLAWAN
jika hilangmu tanpa pusara
jika pusaramu tanpa nama
jika namamu tanpa bunga
penjajah mengatakan engkau derhaka
maka engkaulah pahlawan yang sebenarnya
Gema seabad silam
Inggeris datang meredah Pahang
bersama peluru bersama senapang
membunuh menangkap setiap pejuang
Sungai Semantan berubah merah
bukan sarap hilir ke kuala
bukan rakit mudik ke hulu
arus merahnya menjulang mayat
pahlawan bangsa pahlawan rakyat
tujuh liang dadanya tersayat
Pahlawan!
Untukmu derita untukmu penjara
bukan bintang tersemat di dada
semangatmu api negara berdaulat
namamu terukir di jantung rakyat.
~ Usman Awang