4 Faktor Penghambat Investasi Pertanian

Indonesia adalah negara yang dianugerahi dengan sumber daya alam yang melimpah, tidak berlebihan jika kemudian dijuluki sebagai zamrud khatulistiwa. Dengan modal karunia Tuhan dengan Sumber daya Alamnya tersebut, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di sektor pertanian. Tanah yang subur banyak membentang di Indonesia, membuat banyak dari warga negara kita menggantungkan hidup menjadi petani. Namun, hingga saat ini petani kita masih menjadi “anak tiri” di negeri sendiri. Mereka masih menjadi kaum marjinal yang terkadang dipandang sebelah mata.

Kebanyakan dari mereka hanyalah petani kecil yang memiliki tanah sempit, dan juga cenderung rusak karena penggunaan pestisida berlebihan selama ini. Sebagian petani juga belum merespon perubahan dan kemajuan teknologi, mereka masih menggunakan cara-cara tradisional dalam mengolah lahan mereka hingga hasil panen kurang maksimal. Ketidakpastian harga juga sangat memukul petani, disaat panen biasanya harga sangat jatuh dan menekan petani karena biaya pengolahan lahan tidak sebanding dengan hasil penjualan. Tidak heran jika kemudian kita masih kesulitan memenuhi kebutuhan pokok kita dan masih mengandalkan impor dari negara lain.

investasi pertanian

Faktor Penghambat Investasi Pertanian.

  1. Pertanian memiliki resiko tinggi.
    Hasil panen sangat dipengaruhi oleh “iklim dan suhu” yang mana tidak bisa diprediksi dengan tepat, hal ini membuat sektor pertanian memiliki risiko dan ketidakpastian yang sangat tinggi dibanding sektor lain. Terlebih dengan fenomena cuaca seperti sekarang ini yang semakin tidak menentu karena efek pemanasan global.
  2. Pertanian Indonesia masih minim sarana infrastruktur.
    Harus diakui jika infrastruktur pertanian kita masih sangat tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain. Minimnya sarana pendukung yang tersedia menjadi salah satu faktor yang membuat investasi pada pertanian semakin tidak menarik. Contoh yang bisa kita cermati dari buruknya infrastruktur pertanian kita adalah irigasi misalnya, kebanyakan merupakan peninggalan masa orde baru itupun sudah banyak yang rusak karena tidak terawat. Namun saat ini Presiden Joko Widodo mulai membenahi ini dengan banyak membangun bendungan dan saluran irigasi baru.
  3. Birokrasi yang berbelit.
    Salah satu ciri khas negara ini adalah masalah birokrasi yang berbelit-belit, sulitnya mengurus hal birokrasi bisa membuat mendirikan usaha pertanian menjadi kurang menarik. Selain itu otonomi daerah juga menambah kerumitan pengurusan ijin, terkadang peraturan yang ada tumpang tindih kebijakan antar departemen atau kementrian dan kurangnya koordinasi antar instansi pemeerintahan sehingga menimbulkan kebingungan pada investor.
  4. Iklim Investasi dan Politik masih belum Stabil
    Saat ini negara kita masih dipandang belum stabil untuk berinvestasi. Hal ini ditambah lagi dengan tidak stabilnya iklim politik yang membuat takut para investor untuk menanamkan modal. Untuk sektor pertanian, ada beberapa komoditi pertanian yang menjadi komoditi politik.

Investasi pertanian sangat dibutuhkan agar petani di negara kita bisa bersaing dan mampu mewujudkan swasembada dalam bidang pangan. Saat ini yang banyak terjadi adalah petani kesulitan mengakses pinjaman modal, karena minimnya pengetahuan dan ditambah lagi perbankan juga belum sepenuhnya percaya kepada petani. Keterbatasan modal membuat petani tidak bisa mengembangkan pertanian mereka, atau bahkan kemudian menghambat pola tanam dan proses produksi mereka. Saat ini pemerintah setidaknya mulai memperhatikan masalah ini dengan melakukan deregulasi terhadap 141 aturan yang dinilai menghambat investor untuk terjun di sektor agribisnis dalam negeri. Dengan adanya dukungan pemerintah ini diharapkan investasi akan mudah masuk dan mengangkat martabat petani kedepannya.