Mengenal Tech Winter, Saat Banyak Perusahaan Teknologi Berguguran

Perusahaan teknologi tengah mengalami masa-masa yang suram pada saat ini. Banyak startup bertumbangan, pun begitu dengan perusahaan teknologi raksasa seperti Meta, Amazon dan Google tidak luput dari dampak ini, puluhan ribu orang di lay-off. Ini adalah kondisi yang benar-benar sulit untuk dibayangkan. Karena beberapa tahun sebelumnya perusahaan teknologi tengah menanjak.

Dulu pemberitaan di media selalu tentang startup baru, pendanaan ventura, atau startup yang naik kelas jadi unicorn. Berbanding terbalik, kini pemberitaan hanya seputar startup yang menutup layanan dan pemutusan kerja. Kondisi ini kemudian disebut dengan istilah ‘tech winter’,

Tech Winter, masa suram perusahaan teknologi

Apa itu tech winter? Ini adalah masa dimana terjadi penurunan investasi dan aktivitas bisnis di perusahaan teknologi yang berkepanjangan dan signifikan. Setelah tumbuh dan penuh harapan selama bertahun-tahun, kini tren penurunan telah dimulai secara global. Beberapa pengamat memperkirakan tren ini hanya akan memengaruhi startup yang tengah berkembang, sementara yang lainnya berpendapat bahwa ini adalah ancaman berkelanjutan untuk setiap skala bisnis di dunia teknologi.

Kenapa bisa terjadi? Setelah pandemi berakhir ada banyak sekali ketidakpastian, perang di Ukraina dimulai, ini mengakibatkan harga energi melambung tinggi. Selain itu ada isu resesi global serta inflasi menanjak dibeberapa negara yang membuat bank sentral menerapkan kebijakan moneter yang ketat. Suku bunga yang tinggi membuat para investor lebih hati-hati menempatkan uangnya. Mereka lebih memilih untuk mendanai startup dengan model bisnis yang jelas dan diprediksikan akan memperoleh menguntungkan.

Venture capital akan menghindari startup yang masih menerapkan metode bakar uang. Logikanya, valuasi harus mengikuti profitabilitas. Ini adalah prinsip sederhana dan spekulasi bukanlah hal yang baik untuk dilakukan saat berinvestasi. Startup harus fokus untuk menghasilkan keuntungan.

Dengan berkurangnya dana kapital membuat banyak sekali startup mengalami kegagalan disebabkan oleh ketidakmampuan pembiayaan. Walaupun hal ini juga dapat disebabkan oleh perencanaan keuangan yang buruk.

Efek Tech Winter di Indonesia

Perusahaan teknologi raksasa dunia melakukan pemutusan kerja yang benar-benar masif, ini terjadi mulai dari akhir tahun 2022 hingga awal 2023. Kabar buruk terus berhembus dari dunia teknologi. Banyak diantara para karyawan tidak menyangka ini akan terjadi padanya, bahkan beberapa diantaranya tidak diberitahu sejak awal, hinga kemudian di PHK secara tiba-tiba.

  • Google — 12,000 orang
  • Microsoft — 10,000 orang
  • Salesforce — 8,000 orang
  • Amazon — 8,000 orang

Efek dari tech winter juga dirasakan hingga ke Indonesia, hingga saat ini ada banyak sekali perusahaan teknologi yang melakukan lay off karyawan, penutupan layanan hingga benar-benar berhenti bangkrut. Kondisi ini tidak hanya menerpa startup skala kecil saja, bahkan perusahaan teknologi raksasa seperti Shopee dan Goto juga mengalaminya.

Shopee melakukan efisiensi pekerja dengan mengurangi sekitar 3% karyawannya di Indonesia, Goto sekitar 12% atau 1300 orang terkena perampingan ini. Nasib lebih buruk dialami JD.id yang bahkan sampai harus menutup layanannya di Indonesia. Begitu juga dengan taniHub yang dulu digadang-gadang sebagai startup terbaik di ranah pertanian terpaksa menutup layanannya. Startup akomodasi airyroom tak terkecuali mereka akhirnya dinyatakan bangkrut. Daftar ini kian panjang seiring dengan keadaan ekonomi yang masih belum stabil.

Harapannya masa suram Tech Winter tentu segera berakhir, agar perusahaan perusahaan rintisan teknologi menjadi bergairah kembali. Hingga mereka talenta-taalenta terbaik yang menggantungkan nasib di sektor ini bisa kembali bekerja dan berkarya.

Untuk bisa lebih memahami tentang tech winter, ikuti diskusi Ketua Kadin Arsjad Rasjid dengan Pandu Patria Sjahrir dibawah ini.