Kutipan Novel Dee Rectoverso

Kutipan Novel Dee Rectoverso – Kutipan Novel kali ini dari karya nya Dee, penulis yang keren banget memilih kata sehingga pembaca begitu terbawa dalam irama romantis nya Dee. Kata-kata Indah dengan kana yang dalam siapa orang nya yang tidak akan meleleh jika membaca buku rectoverso ini.

Rectoverso terbit pada tahun 2008 dengan paduan fiksi dan musik. Tema yang diusung adalah Sentuh Hati dari Dua Sisi. Recto Verso-pengistilahan untuk dua citra yang seolah terpisah tapi sesungguhnya satu kesatuan. Saling melengkapi. Buku RECTOVERSO terdiri dari 11 fiksi dan 11 lagu yang saling berhubungan. Tagline dari buku ini adalah Dengar Fiksinya, Baca Musiknya (*wikipedia)

Kutipan Novel Rectoverso
"Kata bijak Mutiara novel"

“Kadang – kadang pilihan yang terbaik adalah menerima…”
― Dee, Rectoverso

“Aku memandangimu tanpa perlu menatap. Aku mendengarmu tanpa perlu alat. Aku menemuimu tanpa perlu hadir. Aku mencintaimu tanpa perlu apa-apa, karena kini kumiliki segalanya.”
― Dee, Rectoverso

"Kata Mutiara novel"

“Rasakan semua, demikian pinta sang hati. Amarah atau asmara, kasih atau pedih, segalanya indah jika memang tepat pada waktunya. Dan inilah hatiku, pada dini hari yang hening. Bening. Apa adanya.”
― Dee, Rectoverso

“I’d like to find the guy who invented the proverb ‘go with the flow’ and lead him to an ocean full of hungry sharks. And see how he would flow. I’d really like to know.”
― Dee, Rectoverso

“Cintanya adalah paket air mata, keringat, dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang.”
― Dee, Rectoverso

“Tiada yang lebih indah. Tiada yang lebih rindu. Selain hatiku. Andai engkau tahu.”
― Dee, Rectoverso

“Sahabat saya itu adalah orang yang berbahagia. Ia hanya mengetahui apa yang ia sanggup miliki. Saya adalah orang yang paling bersedih, karena saya mengetahui apa yang tak sanggup saya miliki.”
― Dee, Rectoverso


“Jingga di bahumu. Malam di depanmu. Dan bulan siaga sinari langkahmu. Teruslah berjalan. Teruslah melangkah. Kutahu kau tahu. Aku ada.”
― Dee, Rectoverso

“Barangkali itulah mengapa kematian ada, aku menduga. Mengapa kita mengenal konsep berpisah dan bersua. Terkadang kita memang harus berpisah dengan diri kita sendiri; dengan proyeksi. Diri yang telah menjelma menjadi manusia yang kita cinta.”
― Dee, Rectoverso

“Seseorang semestinya memutuskan bersama orang lain karena menemukan keutuhannya tercermin, bukan ketakutannya akan sepi.”
― Dee, Rectoverso

"Kutipan Novel Rectoverso"


“Kita tak tahu dan tak pernah pasti tahu hingga semuanya berlalu. Benar atau salah, dituruti atau tidak dituruti, pada akhirnya yang bisa membuktikan cuma waktu.”
― Dee, Rectoverso

“Rasa hangat ketika kedua tubuh bertemu, rasa lengkap ketika dua jiwa mendekat, rasa rindu yang tuntas ketika kedua pasang mata menatap.”
― Dee, Rectoverso

“Kamu hanya perlu menerima. Menolak, menyangkal, cuma bikin kamu lelah’.”
― Dee, Rectoverso

“Within his orbit, I was nothing but a flat noodle. And I don’t know how much longer I can keep this up.”

― Dee, Rectoverso

“Saat pasir tempatmu berpijak pergi ditelan ombak, akulah lautan yang memeluk pantaimu erat.”
― Dee, Rectoverso

“Mimpi mengurangi kualitas istirahatnya. Dan untuk bersamaku, ia tak perlu mimpi.”
― Dee, Rectoverso

“Mengubah rutinitas itu sama saja dengan menawar bumi agar berhenti mengedari matahari.”
― Dee, Rectoverso

“His long arms stretch out like comforting pillars, supporting my whole being in his embrace.”
― Dee, Rectoverso

“Aku hanya ingin kembali ke tempatku,
di belakang sana. Menikmati apa yang kusanggup.”
― Dee, Rectoverso

"kutipan Novel dee"


“ dan usai tangis ini, aku akan berjanji. Untuk diam, duduk ditempatku. Menanti seseorang yang biasa saja”
― Dee, Rectoverso

“Sakit ini tak terobati dan bukan untuk diobati”
― Dee, Rectoverso

“…bahasaku yang cuma rasa susah melekat pada kata…”
― Dee, Rectoverso

“…tinggal cara yang masih menjaga rahasia.”
― Dee, Rectoverso

 Kutipan Novel Rectoverso: Aku Ada

Melukiskanmu saat senja. Memanggil namamu ke ujung dunia.
Tiada yang lebih pilu. Tiada yang menjawabku. Selain hatiku
dan ombak berderu.

Memandangimu saat senja. Berjalan di batas dua dunia.
Tiada yang lebih indah. Tiada yang lebih rindu. Selain
hatiku. Andai engkau tahu.

Aku memandangimu tanpa perlu menatap. Aku mendengarmu
tanpa perlu alat. Aku menemuimu tanpa perlu hadir. Aku
mencintaimu tanpa perlu apa-apa, karena kini kumiliki
segalanya.

Aku ingin meneriakkan bahagia ini, tapi entah dengan cara
apa.

Tak ada jejakku di sampingmu. Tak ada siapa-siapa. Namun,
aku merasa kita melangkah bersama. Entah bagaimana bisa
begitu.

Ingin rasanya aku ikut berlari, berteriak agar kau
kembali, mencengkeram bahumu agar kau tahu aku ada di sini.
Namun bahasaku tinggal rasa.

Aku hanya ingin merengkuhmu. Adakah engkau tahu? Aku ada.

Percayakah kamu? Aku selalu ada. Kedalam perasaan inilah
engkau akan bermuara, ke dalam perasaan inilah engkau akan
pulang dan bertemu aku lagi. Dan perasaan itu dapat engkau
nikmati sekarang di dalam hati. Tanpa perlu mati. Sekarang.

Dengarkah kamu? Aku ada. Aku masih ada. Aku selalu ada.
Rasakan aku, sebut namaku seperti mantra yang meruncing
menuju satu titik untuk kemudian melebur, meluber, dan
melebar. Rasakan perasaanku yang bergerak bersama alam
untuk menyapamu.

Semakin kuat kau mengayuh, kau malah semakin mundur ke
pasir tempat kau tadi melangkah.

Tempatmu di sana. Kembalilah ke pasir tempat jejak-jejakmu
tersimpan, kembali padanya yang menantimu dengan senyum
sayang.

Engkau tersenyum bersama segenap jiwamu, karena hari ini
kita sama-sama mengetahui satu rahasia: cinta adalah aku,
cinta adalah engkau, cinta adalah dia, dan cinta tak pernah
mati. Sekalipun jasadku sudah.


Klik no halaman untuk melihat Kutipan Novel lain nya

HALAMAN                               1           Back-Next            2                     3                                  4   

 

 

Tinggalkan Balasan