Kutipan Novel Filosofi Kopi Dee

Kutipan Novel Filosofi Kopi Dee – Filosofi Kopi adalah novel Dee yang Melalui buku Filosofi Kopi ini, Dee ingin menghadirkan bagaimana perjuangan seorang yang memiliki hobi terhadap kopi dan memaknai kopi dari sudut pandang kehidupan. Buku ini dianugerahi sebagai karya sastra terbaik tahun 2006 oleh majalah Tempo . Pada tahun yang sama, Filosofi Kopi juga berhasil dinobatkan menjadi 5 Besar Khatulistiwa Award kategori fiksi.

Buku ini berisi 18 tulisan yang terdiri dari prosa lirik, cerita pendek, dan cerita tidak terlalu pendek. Buku ini ditulis pada tahun 1995-2005.

  1. Filosofi Kopi (1996)
  2. Mencari Herman (2004)
  3. Surat Yang Tak Pernah Sampai (2001)
  4. Salju Gurun (1998)
  5. Kunci Hati (1998)
  6. Selagi Kau Lelap (2000)
  7. Sikat Gigi (1999)
  8. Jembatan Zaman (1998)
  9. Kuda Liar (1998)
  10. Sepotong Kue Kuning (1999)
  11. Diam (2000)
  12. Cuaca (1998)
  13. Lara Lana (2005)
  14. Lilin Merah (1998)
  15. Spasi (1998)
  16. Cetak Biru (1998)
  17. Budha Bar (2005)
  18. Rico de Coro (1995)
Kutipan Novel Filosofi Kopi Dee
“Sesempurna apapun kopi yang kamu buat, kopi tetaplah kopi, yang memiliki sisi pahit yang tidak akan mungkin bisa kamu sembunyikan.” (Filosofi Kopi)
“Cinta tidak hanya pikiran dan kenangan, Cinta adalah interaksi antara dia dan kamu, dan perlu dipelihara.” (Surat yang Tak Pernah Sampai)
“Kamu menjadi inspirasi, karena kamu berani meski sendiri, karena kamu… berbeda.” (Salju Gurun)

“Siapa bilang cinta tidak bisa logis. Cinta mampu merambah dimensi angka dan rasa sekaligus.” (Selagi Kau Lelap)
“Kamu memilih menjadi tuna netra padahal mata kamu sehat. Kamu tutup mata kamu sendiri.” (Sikat Gigi)
“Bertambahnya usia bukan berarti kita paham segalanya.” (Jembatan Zaman)
“Memang lebih baik bersama orang yang tidak punya pilihan lain. Dia cuma punya kita Susah atau senang. Kita bukan alternatif.” (Sepotong Kue Kuning)
“Mampu mencinta tanpa takut kehilangan cinta.” (Sepotong Kue Kuning)
"Kutipan Novel dee lestari"

“Dalam diammu, aku mendengar banyak suara. Diammu berkata-kata.” (Diam)


“Keheningan mengapungkan kenangan, mengembalikan cinta yang hilang, menerbangkan amarah, mengulang manis keberhasilan dan indah kegagalan.” (Lilin Merah)
“Mimpi tak berlengan, tapi akan selalu ada jika engkau menginginkan.” (Cetak Biru)
“Hanya menerima, tanpa perlu memilih.” (Buddha Bar)


“Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkan ia dimengerti jika tak ada spasi? Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang?”
― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
 
“Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring.(Spasi)”
― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
 
"Kutipan Novel dee"
“Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan.”
― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
 
“Walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya. Filosofi Kopi”
― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
 
“Ada dunia di sekelilingmu. Ada aku di sampingmu. Namun, kamu mendamba rasa sendiri itu.”
― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
 
“Hidup akan mengikis apa saja yang memilih diam, memaksa kita untuk mengikuti arus agungnya yang jujur tetapi penuh rahasia. Kamu, tidak terkecuali.”
― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
 
“Dia, yang tidak pernah kamu mengerti. Dia, racun yang membunuhmu perlahan. Dia, yang kamu reka dan kamu cipta. Sebelah darimu menginginkan agar dia datang, membencimu hingga muak dia mendekati gila, menertawakan segala kebodohannya, kehilafan untuk sampai jatuh hati kepadamu, menyesalkan magis yang hadir naluriah setiap kalian berjumpa. Akan kamu kirimkan lagi tiket bioskop, bon restoran, semua tulisannya –dari mulai nota sebaris sampai doa berbait-bait. Dan beceklah pipi-nya karena geli, karena asap dan abu dari benda-benda yang dia hanguskan–bukti bahwa kalian pernah saling tergila-gila–beterbangan masuk ke matanya. Semoga dia pergi dan tak pernah menoleh lagi. Hidupmu, hidupnya, pasti akan lebih mudah.”
― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
 
“ Cinta yang sudah dipilih sebaiknya diikuti di setiap langkah kaki, merekatkan jemari, dan berjalanlah kalian bergandengan… karena cinta adalah mengalami ”
― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
 
“Buat apa ia pelihara luka hati yang cuma bikin matanya berair?”
― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
 
“terkadang keadaan membuat cinta terasa amat menyakitkan, akan tetapi kesejatian cinta tidak akan pernah berakhir manakala pengorbanan cinta itulah yang menjadi pemeran utamanya. cinta tidak akan pernah salah. cinta tidak mengenal batas. untuk cinta yang bertepuk sebelah tangan sekalipun.”
― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
 
“Cuaca demi cuaca melalui kami, dan kebenaran akan semakin dipojokkan. Sampai akhirnya nanti, badai meletus dan menyisakan kejujuran yang bersinar. Entah menghangatkan, atau menghanguskan.”
― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
 
"Kutipan Novel Filosofi Kopi"
“Aku sudah diperalat oleh seseorang yang merasa punya segala-galanya, menjebakku dalam tantangan bodoh yang cuma jadi pemuas egonya saja, dan aku sendiri terperangkap dalam kesempurnaan palsu, artifisial! serunya gemas, “Aku malu kepada diriku sendiri, kepada semua orang yang sudah kujejali dengan kegomalan Ben’s Perfecto.”
 
Gombal? Aku positif tidak mengerti.
 
“Dan kamu tahu apa kehebatan kopi tiwus itu?” katanya dengan tatapan kosong, “Pak Seno bilang, kopi itu mampu menghasilkan reaksi macam-macam. Dan dia benar. Kopi tiwus telah membuatku sadar, bahwa aku ini barista terburuk. Bukan cuma sok tahu, mencoba membuat filosofi dari kopi lalu memperdagangkannya, tapi yang paling parah, aku sudah merasa membuat kopi paling sempurna di dunia. Bodoh! Bodoooh!” Filosofi Kopi”
― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
 
“Jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang.”
― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
 
“Langit begitu hitam sampai batasnya dengan Bumi hilang. Akibatnya, bintang dan lampu kota bersatu, seolah-olah berada di satu bidang. Indah, kan?”
― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
 
“Keheningan mengapungkan kenangan, mengembalikan cinta yang hilang, menerbangkan amarah, mengulang manis keberhasilan dan indah kegagalan. Hening menjadi cermin yang membuat kita berkaca-suka atau tidak pada hasilnya.”
― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
 
“Akan tetapi, yang benar-benar membuat tempat ini istimewa adalah pengalaman ngopi-ngopi yang diciptakan Ben. Dia tidak sekadar meramu, mengecap rasa, tapi juga merenungkan kopi yang dia buat. Ben menarik arti, membuat analogi, hingga terciptalah satu filosofi untuk setiap jenis ramuan kopi. Filosofi Kopi”
― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
 
“Di tengah gurun yang tertebak, jadilah salju abadi. Embun pagi tak akan kalahkan dinginmu, angin malam akan menggigil ketika melewatimu, oase akan jengah, dan kaktus terperangah. Semua butir pasir akan tahu jika kau pergi, atau sekadar bergerak dua inci.
Dan setiap senti gurun akan terinspirasi karena kau berani beku dalam neraka, kau berani putih meski sendiri, karena kau… berbeda.”
― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
 
“Banyak sekali orang yang doyan kopi tiwus ini. Bapak sendiri ndak ngerti kenapa. Ada yang bilang bikin seger, bikin tentrem, bikin sabar, bikin tenang, bikin kangen… hahaha! Macem-macem! Padahal kata Bapak sih biasa-biasa saja rasanya, Mas. Barangkali, memang kopinya yang ajaib. Bapak ndak pernah ngutak-ngutik, tapi berbuah terus. Dari kali pertama tinggal di sini, kopi itu sudah ada. Kalau ‘tiwus’ itu asalnya dari almarhumah anak gadis Bapak. waktu kecil dulu, tiap dia lihat bunga kopi di sini, dia suka ngomong ‘tiwus-tiwus’ gitu,” dengan asyik Pak Seno mendongeng. Filosofi Kopi”
― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

 

"Kutipan Novel Filosofi Kopi Dee"


“… karena cinta adala mengalami
membuka diri tidak sama dengan menyerahkan”
― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
 
“bila engkau ingin satu, maka jangan ambil dua. karena satu menggenapkan tapi, 2 melenyapkan”
― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
 
Sekalipun ganjil terdengar, tapi itu penting. Pepatah bukan sekedar kembang gula susastra. Dibutuhkan pengalaman pahit untuk memformulasikannya. Dibutuhkan orang yang setengah mati berakit-rakit ke hulu agar tahu nikmatnya berenang santai ke tepian. Dibutuhkan orang yang tersungkur jatuh dan harus lagi tertimpa tangga. Dibutuhkan sebelanga susu hanya untuk dirusak setitik nila.

Klik no halaman untuk melihat Kutipan Novel lain nya

HALAMAN                               1                     2          Back-Next             3                                  4   

Tinggalkan Balasan